Kamis, 25 Maret 2010

PENGHIJAUAN

Diposting oleh riena rosyik di 00.43

KRISIS lingkungan yang terjadi di Indonesia menjadi masalah yang cukup serius. Bencana alam yang terus terjadi seperti banjir, tanah longsor, pencemaran limbah, rumah kaca dan krisis air telah banyak mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan rakyat. seiring kemajuan teknologi dan berkembangnya kawasan industri, polusi udara dan buangan limbah semakin tidak terbendung lagi.

Dengan semakin meningkatnya suhu udara tanpa adanya filterisasi udara, membawa kota menjadi hitam. Sebagai paru-paru kehidupan kota, justru keberadaan pohon semakin lama berkurang. Kehadiran pohon dalam lingkungan kehidupan manusia, khususnya di perkotaan, dianggap tidak memberikan nuansa kelembutan tersendiri.

Kota lebih banyak dijejali dengan beton, besi, baja, batu, dan bangunan kaca yang tidak dilengkapi dengan ruang terbuka untuk penghijauan. Ini berarti kota yang sudah dekat dengan kematian. Sebaliknya kota mencerminkan kelembutan apabila kaya dengan pepohonan dan ruang hijau terbuka.

Di kota-kota besar dunia, banyak dijumpai gedung pencakar langit yang diselubungi dinding kaca. Ini terjadi juga di kota besar negara tropis. Bangunan seperti botol raksasa ini banyak bercokol di bumi Indonesia, yang tampaknya menunjukkan keinginan sang pemilik modal untuk berlomba-lomba membangun pencakar langit. Yang menjadi masalah adalah bangunan-bangunan seperti ini sebenarnya tidak akrab dengan lingkungan yang beriklim tropis.

Dinding kaca yang membungkus seluruh bangunan itu memantulkan silau matahari, sehingga mengganggu pengguna jalan maupun penghuni bangunan di sekitarnya. Selain itu, ia juga memantulkan kembali sinar ultraviolet, yang selanjutnya dapat menaikkan suhu di sekelilingnya.

Hirayama, seorang wakil dari United Nation Environment Program (UNEP), memaparkan, kota akan hancur jika terjadi polusi udara dan pencemaran lingkungan. Berdasarkan data UNEP, ditengarai banyaknya kota yang melewati batas ambang yang mana kota-kota ini akan akan menuju kehancuran.

Polusi udara sekarang ini seandainya tidak didukung dengan daya lingkungan akan membuat kota menjadi sakit, dan apabila tidak segera diupayakan untuk menanggulanginya, lama-kelamaan kota akan mati terbunuh oleh penyakit yang telah lama diidapnya.

Penghijauan masih menjadi hal yang perlu diperhatikan secara serius. Bahkan di wilayah Jakarta Pusat. Hingga saat ini sekitar 21,84 persen dari luas wilayah yang mencapai 48,19 km persegi masih tergolong lahan kritis. Idealnya, 30 persen dari luas wilayah seharusnya berupa lahan terbuka hijau. Kenyataannya, yang berhasil dihijaukan baru mencapai 8,16 persen dari luas wilayah. Penghijauan ini pernah dilakukan melalui program penanaman sejuta pohon.

Selama kurun waktu 1994-1997 pelaksanaan gerakan penanaman sejuta pohon yang menghabiskan swadaya murni dari masyarakat sebesar Rp 243.834.000 ditambah dana APBD Tingkat II Kodya Bogor untuk gerakan yang sama dalam kurun waktu 1993-1997 sebesar Rp 226.703.000 dirasakan masih sangat kurang.

Realita "pemanasan bumi" merupakan hasil eksploitasi manusia atas lingkungannya.Efek dari pemanasan bumi ini adalah meningkatnya suhu bumi. Jadi, benar-benar "bumi makin panas". Diperkirakan, dalam waktu seperempat abad ke depan, suhu di bumi naik sekitar satu hingga empat derajat celsius. Bahkan, konon satu abad mendatang naik enam derajat

berdasarkan foto-foto satelit, luas hutan di Jawa pada waktu yang bersangkutan (termasuk hutan-hutan jati) hanya 12 persen dari seluruh pulau. Sebelum perang dunia kedua luas hutan kurang lebih 30 persen. Berarti eksploitasi hutan telah banyak mengikis keseimbangan ekologis Pulau Jawa.

Akibatnya tampak adalah erosi tanah, polusi udara, kenaikkan suhu udara dan sebagainya. Dengan semakin tipisnya hutan sebagai paru-paru kota tentu saja akan berakibat vital dengan naiknya suhu bumi dan perubahan cuaca. Karena kenaikan suhu bumi tidak hanya dialami satu pulau saja bahkan akan terus menembet kepulau-pulau lain bahkan ke manca negara. Mexico City mengalami polusi udara terburuk setiap harinya, dibanding kota mana pun di dunia.

Sekarang banyak pohon-pohon di perkotaan yang di potong habis oleh Pemkot Kota dengan alasan mengganggu lalu lintas jalan dan instalasi listrik. Bila diamati lebih cermat, penebangan pohon-pohon tersebut tidak diikuti dengan konservasi/upaya penanaman kembali pohon yang baru. Sudah begitu pejalkah kepekaan para penentu kebijakkan pembangunan kota terhadap pentingnya keberadaan pepohonan di dalam kota? Betapa ironisnya jika pepohonan itu justru diganti dengan pohon buatan yang di hiasi dengan lampu berwarna-warni.

.Di samping fungsi-fungsi secara umum seperti menghasilkan oksigen, bahan baku pangan, sandang, papan, bahan baku industri dan fungsi ekologi -- dengan pemilihan jenis dan pengaturan yang tepat, pohon atau kumpulan pohon dapat juga berfungsi sebagai pengatur iklim mikro, penyerap polusi, jalur satwa, penciri daerah, pengontrol pandangan dan lain-lain.

Pohon juga memiliki keindahan tersendiri yang kadang tidak kita sadari. Bentuk dan warna akar, batang, cabang, daun, bunga dan buah dari pohon yang bervariasi memberikan nuansa keindahan yang khas dan ikut berperan dalam upaya mempercantik kota. Selanjutnya, ketika lingkungan yang nyaman di perkotaan tercipta, yang timbul adalah rasa nyaman dan tenteram. Perasaan yang akan mempengaruhi sifat dan perilaku manusia. Emosi jadi terkontrol, kreativitas lebih berkembang, aktivitas meningkat, kekerasan tanpa disadari berkurang dan seterusnya.

Sayangnya upaya penanaman pohon di perkotaan banyak menemuii hambatan. Untuk itu perlu dicari alternatif pemecahan, sehingga permasalahan lingkungan perkotaan yang panas karena kurangnya pepohonan ini dapat teratasi.

Secara garis besar, hambatan dan alternatif pertama adalah karena terbatasnya lahan. Kota kerap kali berkembang tak terkendali. Kondisi struktur bangunan dan jalan pada lahan yang terbatas mengakibatkan semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk ruang terbuka dan pertamanan. Hal ini diperburuk tidak diterapkannya RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) secara benar dan tegas, sehingga pembangunan merajalela tidak terkendali, merambah wilayah yang seharusnya diperuntukkan bagi ruang hijau terbuka. Ada anggapan bahwa pohon --yang berukuran besar dan membutuhkan lahan yang lebih luas -- tidak cocok ditanam pada lahan yang sempit ini. Padahal ini tidak sepenuhnya benar. Ukuran pohon memang besar, tetapi hanya bagian tajuknya (seluruh percabangan dan daun) saja. Bagian batang dan perakaran yang menempati permukaan tanah hanya sedikit. Karenanya sebenarnya pada lahan yang sempit pun pohon bisa ditanam.

Bayangkan jika setiap rumah dan kantor menanam satu pohon saja, betapa rimbun dan teduhnya kota. Penanaman pohon pinggir jalan seringkali terhambat oleh kabel listrik terbuka yang membentang di atasnya. Permasalahan ini selalu kembali pada pertanyaan : lebih penting mana listrik atau pohon? Dihadapkan pada pilihan seperti ini mungkin semua orang akan memilih listrik.

Tetapi ini tentu tidak menyelesaikan persoalan. Harus diupayakan agar keduanya bisa berjalan. Pemecahannya sebenarnya tidak terlalu sulit. Kabel terbuka bisa diganti dengan kabel bungkus, atau akan lebih baik lagi kalau ditanam di bawah tanah. Biaya penggantian kabel yang sangat besar bisa dipahami sebagai salah satu kendala. Tetapi bukan berarti tidak ada usaha ke arah itu.

Tidak bisa tidak, pada jangka waktu tertentu kabel harus diganti. Pada saat itu gantilah kabel dengan kabel yang dibungkus. sementara pohon pinggir jalan sudah bisa ditanam. Sehingga pada saat pohon sudah hampir menyentuh kabel (3-4 tahun), bersamaan dengan itu pula dilakukan penggantian kabel.

Pada jalan-jalan protokol sebaiknya dilakukan penjajagan untuk sistem kabel bawah tanah. telepon, gas dan air minum pun bisa dilibatkan pada sistem utilitas terpadu. Sistem ini sudah diterapkan pada banyak kompleks perumahan atau kota satelit di Pulau Jawa. Selain aman lingkungan pun terlihat lebih rapi dan indah karena tidak ada lagi kabel membentang semrawut. Yang pasti sistem ini sangat mendukung upaya penghijauan kota karena pohon dapat tumbuh dengan leluasa. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama yang baik antara PLN, PDAM, Telkom, pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.

Untuk mengenang refleksi hari pohon sedunia perlu adanya kerja sama pemerintah dan masyarakat untuk mengkampanyekan gerakkan penghijauan. Penghijauan akan menciptakan kelembutan, keindahan sebagai lambang kehidupan.

Sumber : Suara Merdeka , Senin 22 April 2004




0 komentar on "PENGHIJAUAN"

Posting Komentar

 

Riena Rosyik Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Blogger Styles Image by Tadpole's Notez